CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Jumat, 20 Januari 2012

Living in Moments

Menembus Cakrawala


Bulan Ramadan, hari ke 23 atau tepatnya hari Kamis tanggal 15 Februari 1996, begitulah kalender masehi menyebutnya. Pagi itu salju turun di kota Birmingham, kota terbesar di negara bagian Alabama. Padahal jarang sekali masyarakat kota Birmingham merasakan butiran salju yang meramaikan kota tersebut. Bukan suatu pagi yang istimewa bagi mereka, tapi lain halnya dengan pasangan Warsono dan Sri Retno. Mungkin pagi itu menjadi satu dari sejumput kenangan yang takkan lekang dari ingatan mereka. Bayi yang telah lama dinanti-nantikan selama 6 tahun mereka mengarungi bahtera rumah tangga, akhirnya lahir dengan berat 3,2 kg dan panjang 50 cm. Lahir dengan mata besar, rambut tebal, pipi tembem dan tanned-skin, hampir setiap orang yang melihatnya mengatakan bahwa ia merupakan ‘kembaran’ dari ayahnya. Suatu kebetulan jika ayahnya dan bayi mungil ini hanya memiliki selisih satu hari ulangtahun, ayahnya lahir pada tanggal 16 Februari. Bayi perempuan mungil ini diberi nama Nisa Larasati. Kata “nisa” diambil dari Al-Quran yang berarti perempuan, kata “laras” diambil dari bahasa Jawa yang artinya selaras, dan kata “ati” yang berarti hati/perasaaan. Jadi Ia diharapkan menjadi wanita yang dapat menyejukkan hati setiap orang.
    Kelahirannya yang tidak hanya dinantikan oleh orang tuanya, namun juga seluruh keluarga besar di Indonesia serta teman-teman kedua orang tuanya di Negeri Paman Sam. Berita kelahirannya langsung disambut suka-cita dari berbagai pihak. Melalui jaringan telefon antarnegara yang memperpendek jarak antara mereka, ayah Laras langsung menghubungi Eyang di Jogja dan Aki di Cirebon, yang tak lain adalah kakek Laras di Indonesia. Cooper Green Hospital pun dibanjiri para mahasiswa Indonesia maupun mahasiswa asing.
    Laras terlahir dengan menderita penyakit jaundice, yaitu penyakit yang disebabkan belum berfungsinya hati untuk menghasilkan bilirubin dan menyerang bayi ketika baru lahir. Hal ini dikarenakan Laras lahir pada musim winter dimana matahari lebih sedikit menyinari wilayah kota itu. Atas saran dokter yang menanganinya, Laras dibaringkan di bawah sinar matahari selama 2 jam perhari. Alhamdulillah, setelah 1 minggu, fungsi hati Laras bekerja dengan baik.
     Ayahanda Laras saat itu sedang melanjutkan pendidikan S3-nya di University of Birmingham at Alabama. Beliau meraih beasiswa untuk menyelesaikan studinya tersebut. Sedangkan Ibunda Laras mendampingi ayahnya disana dan bekerja menjadi seorang kasir di restoran Slchotsky’s Dely. 5 tahun sudah mereka merantau disana, rencananya pada bulan September, Ayahanda Laras akan menerima gelar doktor di bidang statistika.
    Masa-masa bayi Laras di Amerika dilewati dengan sangat bahagia. Jika ayahnya sedang ada perkuliahan, maka Laras akan dibawa ke restoran tempat ibunya bekerja. Sedangkan jika ayahnya tidak sibuk, ia akan pergi bermain dengan ayahanda nya. Momen-momen bahagia itupun diabadikan dalam ratusan foto yang menampakkan kegembiraan keluarga kecil ini. Semua baju yang dikenakannya bermerk “Oshkosh B’gosh”, salah satu merk baju bayi terkenal disana. Ia juga memiliki banyak mainan yang sangat lucu, sebagian merupakan hadiah saat teman-teman kedua orang tua nya mengadakan “Baby Shower”, suatu pesta kecil yang sering dilakukan orang Amerika untuk menyambut kelahiran bayi. 
     Laras kecil terkenal dengan sebutan “Happy Baby” karena ia sangat suka tertawa dan jarang sekali menangis. Sangat disayang bukan berarti ia dimanja oleh kedua orangtuanya. Jika ia menangis saat sudah diberi makanan dan popoknya masih bersih, orang tuanya akan membiarkannya saja karena mereka berharap Laras akan tumbuh menjadi perempuan yang mandiri dan tidak manja, meskipun ia anak tunggal di keluarga ini.
    Hobi travelling orang tuanya, membawa Laras kecil menjelajah Amerika. Bahkan saat ia masih di dalam kandungan yang berusia 7 bulan, orang tua bersama beberapa teman mereka pergi ke salah satu air terjun terbesar di dunia yang membatasi Amerika Serikat dan Kanada, yaitu air terjun Niagara Falls. Mereka menempuh perjalanan selama 20 jam menggunakan mobil dan saat itu memang ibunda Laras ngotot dan nekat untuk ikut dalam perjalanan  tersebut. Mungkin karena hal itu, di kemudian hari nanti Laras tumbuh menjadi perempuan yang suka untuk mencoba hal-hal menegangkan. Saat Laras baru berumur 2 minggu pun, mereka kembali melakukan perjalanan ke Atlanta.
    Bulan September pun tiba, ayahanda Laras telah menyelesaikan pendidikan S3-nya. Itu berarti mereka harus pulang dan kembali mengabdi ke bumi ibu pertiwi. Setibanya di Indonesia, Laras kecil langsung menderita berbagai macam penyakit. Berat badannya langsung menyusut drastis. Nafsu makannya hilang dan permukaan kulitnya rusak. Mungkin ini dikarenakan perbedaan keadaan suhu dan udara antara Amerika dan Indonesia.




Little Princess Learns to Behave

    Sekembalinya dari Amerika, keluarga kecil ini menetap di sebuah rumah milik salah satu pejabat Unila yang saat itu tidak dihuni. Rumah itu sangat besar dan berlantai dua. Semuanya bercat putih. Suatu ketika saat Laras berusia 10 bulan, orang tuanya kebingungan mencarinya karena Laras tidak ada dikamarnya. Orang tuanya sangat kebingungan karena saat itu Laras belum dapat berjalan tetapi ia tidak ada di seluruh ruangan di rumah itu. Setelah mencari lebih lama, ternyata Laras sudah berada di lantai dua rumah. Kekhawatiran mereka pun hilang dan beganti dengan rasa syukur karena tidak terjadi apa-apa dengan Laras, meskipun tangga yang ia naiki sangat curam. Pernah juga orang tua Laras menemukan Laras sedang mencoba membuka-buka buah durian dengan menggunakan sendok. Kedua orang tua Laras pun sadar bahwa Laras akan tumbuh menjadi gadis yang sangat aktif.
    Perlahan-lahan Laras tumbuh menjadi gadis cilik yang lincah. Ia didik oleh ibunya untuk tidak takut pada apapun dan selalu bertindak sopan. Ia pun tidak pernah merengek-rengek untuk dibelikan sesuatu karena jika ia rewel, ibunya akan langsung mencubitnya. Sejak kecil ia sudah diajarkan untuk mengenal apa itu arti kata saudara. Namun, karena ia masih sangat kecil, ia masih sering bertengkar dengan saudara sepupu seumurannya, Ghina. Namun, seiring perkembangan usia, Laras mulai mengerti apa itu arti kata saudara. Ia pun senang sekali bermain dengan saudara-saudara sepupunya di Jogja dan di Cirebon. Kedua eyang serta aki-nini nya sangat menyayangi Laras. Mereka selalu bermain bersama Laras ketika ia berkunjung pada hari-hari libur. Eyang kakung dan eyang putri di Jogja sangat suka membelikan alat-alat menggambar dan menulis. Mereka juga tidak pernah lupa akan ulangtahun Laras. Sedangkan aki dan nini Laras di Cirebon sangat menyayangi nya. Ia dibelikan berbagai macam mainan.
    Laras kecil dikenal sangat aktif atau dalam bahasa jawanya petakilan. Ia sangat suka berlari kesana kemari dan tidak pernah bisa diam jika sedang bermain dengan sepupu-sepupunya. Ia memiliki banyak teman bermain yang sudah ia anggap seperti sepupu sendiri yaitu Mbak Giga, Mas Gena, Mbak Kiki, Mbak Tari, Mbak Aby, dan Mbak Indi. Orang tua mereka merupakan teman ayahanda Laras sejak kuliah dan mereka juga pernah tinggal di Amerika bersama keluarga Laras juga. Setibanya di Indonesia, rumah mereka saling berdekatan sehingga mereka suka mengadakan kumpul-kumpul bersama. Hampir setiap hari Laras menghabiskan waktunya untuk bermain bersama mereka, terutama bersama mbak Tari karena usia mereka hanya terpaut satu tahun. Mereka biasanya bermain masak-masakan, sumputan, engklek, sepeda, dan berbagai macam permainan anak-anak lainnya. Laras sangat suka bermain bersama mereka karena ia paling kecil dan merasa paling disayang. Mereka semua sudah menjadi saudara sendiri bagi Laras.
    Tahan banting komentar para budhe-budhenya.. Ya Laras memang petakilan. Ia sangat suka berlari-lari tanpa henti. Bukan hanya memanjat pohon hobinya, namun juga memanjat pagar rumah orang. Setiap hari sehabis ia bermain bersama teman-temannya, bisa dipastikan ada satu luka baru membekas di kakinya. Jika anak kecil akan menangis jika terjatuh, tidak sama halnya dengan Laras. Ia hanya akan tersenyum dan kembali berlari-lari lagi. Biasanya itu yang membuat khawatir para sepupunya. Suatu hari jempol kakinya pernah terlindas roda pagar saat ibunya sedang arisan. Laras sudah dilarang ibunya untuk bermain-main di dekat pagar, namun karena ia sedang asik bermain, ia tidak mengindahkan peringatan ibunya tersebut. Akhirnya jempol kakinya terlindas oleh roda pagar itu.

    Ibunda Laras suka mengajak Laras bermain di TK Al-Kautsar meski ia belum bersekolah disana. Ia akan bermain ayunan, perosotan, dan jungkat-jungkit bersama anak-anak TK lainnya. Akhirnya setelah usia Laras genap 4 tahun, ia didaftarkan di TK Al-Kautsar. Laras sangat gembira karena ia akan bersekolah juga di TK Al-Kautsar. Ia sudah membayangkan akan bertemu banyak teman disana.
    Pagi hari itu merupakan hari pertama Laras akan bersekolah di TK Al-Kautsar. Karena ia sudah sering bermain disana, maka ia tidak takut lagi untuk masuk dan duduk di kelas barunya. Ibunya sudah mengajarkannya untuk berani dan meyakinkan dirinya bahwa ia akan mendapat banyak teman. Ia pun berjalan masuk sendirian ke dalam kelasnya. Ibundanya hanya melihat dari luar pintu kelas. Saat itu ia melihat Sena, anak teman ayahnya sedang menangis sambil menarik-narik tangan ibunya. Begitu Sena melihat Laras yang berjalan masuk kelas sendirian dengan berani, ia pun malu lalu segera menyuruh ibunya pulang. Hehehe… (sori yah Sen) ..
    Hari- hari di TK pun Laras lalui dengan sangat gembira. Ia sangat suka berhitung, menari, dan bernyayi. Namun, ia tidak menyukai pelajaran menggambar dan mewarnai. Ia menghabiskan banyak waktunya untuk latihan menari dan menyanyi sepulang sekolah. Bukan karena ia memiliki suara yang bagus melainkan karena ia memiliki kepercayaan diri yang lebih besar ketimbang teman-teman sebayanya sehingga gurunya selalu melatihnya untuk bernyanyi.  Tak jarang jika ia berlatih sampai sore di rumah gurunya, Bu Rini, jika ia akan tampil di sebuah acara.
    Laras memiliki banyak teman seperti Wiky, Arum, Nadia, Yolan, Ninda, Dewi, Tiara, Cindi, Sena, Lutfi serta Rio. Mereka sangat suka bermain bersama. Terutama Laras lebih sering bermain bersama Wiky dan Arum. Mereka bertiga biasanya bermain dan melakukan berbagai macam hal bersama-sama. Laras juga sering bermain dengan Lutfi dan Rio. Ia sering duduk berdekatan dengan Lutfi dan menunggu di jemput bersama Rio.
       Hari perpisahan sekolah pun tiba. Entah senang juga bercampur sedih yang Laras rasakan. Senang karena ia akan segera masuk SD dan sedih karena ia akan berpisah dengan teman-teman TK-nya. Pada hari perpisahan itu, Laras akan bernyayi solo dan berkelompok. Ia juga akan menari modern dance. Entah mengapa ia tidak terlalu merasa deg-degan ketika akan tampil di panggung. Mungkin karena hampir setiap hai ia berlatih serta ibunya selalu memberikan support kepadanya.


Gadis Kecil Mulai Menapak
    Laras melanjutkan pendidikan SD nya di SDS Al-Kautsar dan diterima pada tanggal 15 Juli 2002. Ia masuk di kelas I E. Guru yang mengajarnya saat itu yaitu ibu Azlina Wati. Di SD, ia mempelajari banyak ilmu-ilmu pengetahuan baru. Ia bertemu dengan banyak teman baru tentunya. Saat itu ia duduk semeja dengan Eka Putri Namita atau Eka dan Nova Rozani atau Nova. Laras mulai mengenal dengan istilah ulangan harian dan ulangan semester. Di kelas satu ini, Laras mendapat rangking 3 di kedua semester.
    Naik ke kelas dua, Laras di tempatkan di kelas 2 E. Guru yang membimbingnya saat itu ibu Heniwati. Ia mulai mengenal teman-teman dekat seperti Yoanita Ferdina atau Yoan, Riva Cahya Limba, Aryan Zulmar, Alif Ramadhan, Faras Ilham, dan Riky Alkifary. Mereka biasanya duduk berdekatan saling bercanda tawa bersama. Di kelas dua ini, Laras mendapatkan peringkat 1 dan 2.
    Naik ke kelas tiga, pelajaran yang Laras dapatkan lebih banyak yaitu adanya pelajaran IPA dan IPS. Guru kelasnya  Di SD ini, Laras menyukai pelajaran matematika dan bahasa Inggris. Teman-teman yang ia temui sama seperti sebelumnya. Namun di kelas tiga ini sepertinya mulai dikenal dengan istilah suka terhadap lawan jenis atau cinta monyet. Sebenarnya ada seseorang yang Laras sukai, tapi ia diam-diam saja. Lalu ia pun tahu beberapa teman laki-laki menyukainya namun Laras merasa tingkah laku mereka berubah di hadapannya. Ada sebagian yang membuatnya risih, sehingga ia mulai menjauhi beberapa temannya itu. Bahkan, saat ia mengetahui teman laki-laki yang ia sukai, menyukainya juga. Ia lantas menjauhi temannya tersebut untuk beberapa waktu. Di kelas tiga ini, Laras mendapat peringkat 1 dan 3.
    Di kelas 4, Laras dibimbing oleh ibu Sri Alwati. Ia kembali ditempatkan di kelas 4 E. Di kelas empat ini, tidak jauh berbeda dengan di kelas-kelas sebelumnya. Namun, persahabatannya dengan teman-temannya semakin erat. Ia pergi kemana saja pasti bersama teman-temannya, yaitu Eka dan Yoan. Laras meraih peringkat 2 dan 3 di kelas empat ini.
    Naik ke kelas 5, ia ditempatkan di kelas 5 A. Di kelas ini, persaingan sangat ketat. Laras bertemu Astarica Utami atau Ica, Ilham Guntara, Pandu Valensi, Annisa Rahmatia, Imam Dwi, Yuda Maulana, dan Aginta Kurnia. Ia duduk sebangku dengan Ilham. Laras, Ica, dan Riva lalu memulai persahabatan mereka. Hal-hal yang paing sering menjadi bahan pembicaraan tiga sekawan ini mengenai cowok yang mereka sukai. Di kelas 5 ini, ibu Sri Mawati mendidik mereka dengan keras. Laras yang agak sulit menyesuaikan gaya mengajar beliau, sedikit tertinggal dengan beberapa pelajaran terutama matematika. Alhasil, nilai matematika Laras di raportnya mendapat 75. Suatu pukulan yang berat baginya karena biasanya ia mendapat nilai 90. Laras mendapat peringkat 5. Namun saat pembagian raport, ibu Sri mengatakan “Nisa besok rangking satu yah”.. Dan perkataan itu yang memacu Laras untuk belajar lebih giat. Di kelas 5 ini, Laras mulai mngikuti seleksi olimpiade, dan ia memilih untuk ikut bidang IPS. Setelah melewati beberapa seleksi panjang, akhirnya ia terpilih untuk mewakili sekolahnya. Laras mendapat juara ketiga di tingkat kecamatan. Namun sayang diperjalanan pulang sehabis lomba, Laras mengalami kecelakaan di jalan raya Natar. Ia terjatuh dari motor. Seluruh mukanya berdarah dan ternyata tulang pergelangan kanan Laras retak. Ia pun harus beristirahat selama seminggu dan menggunakan perban elastis.
    Di kelas 6 ia kembali ditempatkan dikelas 6E. Ia kembali bertemu dengan Yoan, sahabatnya ketika kelas 4 dulu. Ia dibimbing oleh ibu Syamsidar. Laras sangat menyukai ibu Syamsidar Karena beliau memiliki pengetahuan umum yang sangat luas. Di kelas ini Laras bertemu dengan teman-temang baru antara lain Panji, Vicky Anas, M. Fadhil, Ferdiansyah, Taufik Hidayat dan Alfiansyah. Persahabatan antar mereka semakin dekat.  Laras bersahabat dengan Riva, Yoan, Panji, Vicky, Fadhil dan Taufik. Yang masih teringat di benaknya, ketika itu Panji dipanggil dengan sebutan “jompel”, entah apa itu artinya namun mereka selalu tertawa bersama. Sewaktu ulangtahun Laras yang ke 11, tiba-tiba mereka melemparkan telur dan terigu ke arah Laras, sebuah kenangan yang sangat manis bagi Laras.  Di kelas 6 ini ia kembali mengikuti olimpiade IPS. Ia dilatih oleh beberapa guru bersama teman-temannya hampir setiap hari sampai jam 9 pagi. Laras pun mendapat juara 1 di tingkat kecamatan dan juara 2 di tingkat kota. Di kelas 6 ini Laras mendapat peringkat 1 di kedua semester.
    Laras memiliki hubungan yang sangat erat dengan saudara sepupunya yang berada di Jawa. Salsha, Lala, Adit, Kienan dan Quindira. Mereka biasanya menghabiskan waktu liburan bersama. Terutama Laras, Salsha, Lala, dan Adit. Selagi liburan, mereka akan melakukan hal-hal yang menyenangkan sepanjang hari. Entah itu jalan-jalan ataupun hanya berdiam diri di dalam markas rahasia mereka. Laras dan Salsha sangat suka memiliki hal-hal yang kembar seperti baju, sandal, ataupun tas.
    Laras harus mnghadapi UASBN dan UAS di bulan Maret dan April. Sebelum itu, ia harus melewati beberapa Latihan Ujian dan Try Out. Alhamdulillah, ia melewatkan semua ujian dengan lancar. Ia pun lulus berkat jerih payahnya sendiri. Laras bertekad untuk masuk ke SMPN 2 Bandar Lampung, tempat dimana semua sepupunya di Lampung menimba ilmu. Ia juga sudah diterima di kelas unggulan SMP Al-Kautsar.
    Setelah melewati berbagai perjuangan untuk masuk ke SMPN 2, akhirnya ia pun diterima di SMPN 2 Bandar Lampung dengan peringkat 31. Tentunya Laras dan keluarganya sangat gembira, karena memang ia sepupu paling kecil di Lampung dan berhasil melanjutkan tradisi untuk masuk ke SMPN 2 Bandar Lampung.  Sebenarnya ia juga sedih harus berpisah dengan teman-temannya. Laras merasa bahwa masa-masa kelas 6 merupakan masa SD paling indah. Ia belajar cara meghargai karakter masing-masing orang. Laras mau berteman dengan siapapun namun ia tidak menyukai orang yang sombong. Karena baginya orang yang sombong hanyalah orang yang mencari-cari pengakuan dari orang lain bahwa dirinya hebat.

Jalan Setapak menuju Kedewasaan

Laras kecil pun beranjak remaja, ia telah diterima di SMPN 2 Bandar Lampung mengikuti jejak kakak-kakak sepupunya. Pada saat pendaftaran ulang, Laras dan Ibunya pergi bersama ke SMPN 2. Itulah untuk pertama kalinya ia menginjakkan kaki d spanda setelah diterima sebagai murid SMPN 2. Masih terngiang di benaknya, saat itu ia mengenakan baju kaos berwarna oranye yang bertuliskan diva. Pertama kali masuk ke Spanda, Laras merasakan sesuatu yang bergejolak di dadanya, entah apa itu. It was just catching my breath.. Ia merasa sesuatu yang sangat besar telah menantinya..
    Masa Orientasi Siswa pun dimulai. Hari itu seluruh murid baru menghadiri upacara pembukaan MOS. Mereka pun dibagi-bagi menjadi 5 kelompok, yaitu Asia, Amerika, Australia, Eropa, dan Afrika. Laras ditempatkan di kelompok terakhir yaitu kelompok Afrika.  Di kelompok Afrika ini Laras berkenalan dengan banyak teman baru, diantaranya Ravel, Sabil, Diba dan Niken. Kakak dari panitia MOS yang membimbing kelompok ini adalah Kak Bella, Kak Dewo, Kak Amy, Kak Nedya, dan Kak Randy.  Laras bertemu dengan banyak kakak kelas  barunya. Laras sangat gembira sekali, karena ia memang ingin sekali mempunyai kakak-kakak yang bisa ia kagumi. Diantaranya kak Amy yang telah terkenal akan kepintarannya dan juga Kak Bella yang cantik dan juga sangat ramah.
    Kegiatan yang mengisi acara MOS sangat seru, terutama jika diisi oleh kakak-kakak senior. Tidak ada bayangan yang menggambarkan bahwa acara MOS merupakan ajang senioritas. Laras merasa MOS yang ia jalani seperti kegiatan untuk mendekatkan ia dengan kakak kelas dan lingkungan sekolah barunya. Diantaranya mereka diajari baris-berbaris, tata upacara, serta aneka games. Di hari terakhir MOS, diadakan demo ekstrakurikuler. Banyak sekali yang mempertontonkan aksi masing-masing ekskul-nya. Namun yang paling membuatnya tertegun adalah aksi demo Pramuka. Sebelum demo Pramuka dimulai, ia ingat sekali, ia mengejar kak Ichsan yang sedang berlari untuk meminta tanda tangannya. Demo Pramuka pun berlangsung dengan meriah, ia terkagum-kagum akan kemampuan Kak Dewo, Kak Ichsan, Kak Fikri, dan Kak atul dalam bidang Pramuka. Ia pun ingin sekali memiliki kemampuan seperti itu.
    Upacara penutupan MOS pun berlangsung. Laras ingin sekali menambah waktu MOS lebih panjang. Namun ia yakin petualangannya baru akan dimulai. Setelah upacara penutupan selesai dilaksanakan, tiba saatnya pembagian kelas. Laras ternyata mendapat kelas 7A. Ia satu kelas bersama Ninda. Mereka pun berjanji untuk duduk sebangku.

BAJA, my first step
    Hari-hari baru Laras pun dimulai. Awalnya Laras agak sulit menyesuaikan diri dengan pelajaran yang diberikan di sekolah barunya. Itu karena semakin bertambahnya mata pelajaran yang disampaikan. Namun perlahan-lahan ia mampu menyesuaikannya. DI kelas barunya ini Laras duduk sebangku dengan Ninda. Mereka duduk di depan Anggraini Utami atau Ami dan Aliva Aprilia atau Aliva. Mereka pun menjadi teman akrab karena jika diperintahkan oleh guru untuk membentuk kelompok, maka mereka akan bergabung menjadi satu kelompok. Laras juga memiliki teman dekat lainnya yaitu M. Iszenzia, Annas Andoyo, A. Ghozali, serta Arini Mega Puspita. Mereka sering pulang lebih sore karena mengobrol-ngobrol terlebih dahulu. Terlebih saaat diadakannya lomba menghias kelas pada peringatan 17 Agustus. Rasa kekompakkan pun terbangun perlahan-lahan. Lalu tercetus ide dari Laras untuk menamai kelas mereka dengan sebutan ”BAJA” atau Barisan Anak Tujuh A.
    Tak hanya sampai disitu kisah persahabatan Laras di kelas 7A. Muncul teman-teman dekat barunya yaitu Elfrisa Maulitia atau Eel, Mutiara Khairunnisa atau Ica, dan Zyanissa Bintang atau Zay. Mereka biasa melakukan hal bersama-sama, berbagi cerita dan perasaan bersama. Di kelas 7 ini, Laras mengikuti ekskul Pramuka dan EC. Namun ia lebih berkonsentrasi terhadap kegiatan Pramukanya. Pada awalnya, hanya ada dua perempuan yang ingin mengikuti ekskul pramuka, yaitu dirinya dan Ica.  Tetapi lambat laun anggota Pramuka semakin bertambah banyak.
    Di kelas 7 ini, Laras dan pasukan Dewi Sartika lainnya pernah menjuarai Lomba PBB di SMKN 1. Meski pada awal latihan Laras harus berbohong kepada ibunya sebab ia tidak diizinkan untuk mengikuti kegiatan pramuka karena ia mudah jatuh sakit. Pada tanggal 14 Maret, Ia meraih juara 3 Speech Contest di SMAN 9 Bandar Lampung. Di akhir semester ganjil dan genap, Laras mendapat peringkat 1.   

LANDAG, you give me strength
    Naik ke kelas 8, Laras ditempatkan di kelas 8 A. Di kelas ini ia mendapatkan banyak sekali teman baru, seperti: Annisa Rizkiani, Mutiara Nurzahra, Dina Zakia, Sabil Ismail, Rinzano Genta, dan  M. Ragah. LANDAG atau Laskar Anak Delapan A Gokil memberikan banyak kenangan manis di hati Laras. Kelas ini betul-betul kompak. Jarang sekali terjadi perselisihin atau egoisme masing-masing orang. Namun, dulu di kelas ini Laras pernah menjauhi seseorang karena suatu masalah pribadi, ia agak menjaga jarak dengan orang itu. Sebenarnya, Laras sedikit menyesal dengan hal itu, tetapi lama-kelamaan hubungan mereka menjadi baik kembali dan hingga sekarang mereka tetap menjadi sahabat.
Add caption
    Di kelas 8 ini, Laras mencalonkan diri menjadi Ketua MPK. Setelah melewati beberapa rangkaian tes, akhirnya ia diterima menjadi Ketua MPK menggantikan kak Erga Syafitri.  Kegiatan berorganisasi memberinya begitu banyak pelajaran, mulai dari manajemen suatu organisasi hingga mengenai persahabatan. Program kerja dan kegiatan yang mereka selenggarakan hanyalah kegiatan rutin yan dimiliki SMPN 2 Bandar Lampung, namun mereka mengemasnya secara berbeda. Adalah Ibu Amaroh, Bapak Bambang Supranoto, dan Ibu Risnauli Hasibuan yang memegang tanggung jawab sebagai pembina OSIS dan MPK.  Sebagai contoh, setiap upacara peringatan hari-hari besar, Sispek atau OSIS-MPK akan memberikan sesuatu yang berbeda di setiap upacaranya. Juga pada peringatan 17 Agustus yang sangat meriah dan disambut antusiasme yang tinggi dari seluruh warga sekolah. Mulai dari permainan jalan berpasangan yang dilakukan laki-laki dan perempuan yang salah kakinya diikat menjadi satu, dan didandani layaknya sebuah pasangan. Lalu ada pula lomba menangkap lele dan joget balon yang pada akhirnya semua siswa turun ke lapangan dan berjoget bersama.
    Pada akhir semester satu dan dua, Laras mendapatkan rangking 1. Wali kelasnya pada saat itu ialah ibu Barunah Ibrahim. Laras menunaikan ibadah umroh untuk pertama kalinya bersama kedua orang tua dan keluarga besarnya..

SPARTA.. te quiero

    Pada kenaikan kelas 9, Laras kembali ditempatkan di kelas 9A. Kelas ini dipimpin oleh Ibu Tri Mawarni. Guru matematika yang paling disukai Laras. Kelas ini begitu ajaib. Semua karakter bagai menyatu menjadi sebuah lukisan abstrak yang susah ditebak namun indah. Semua hal yang belum pernah Laras rasakan, ia peroleh disini. Perbedaan yang menyatu, Ketulusan sejati dan Persahabatan tanpa batas. Bukan maksud penulis untuk menggambarkan suatu kemunafikan akan persahabatan tanpa cacat. Namun penulis berusaha menuangkan gambaran akan perbedaan tanpa batas yang bisa menembus sekat antar batin masyarakat SPARTA atau Sembilan Empat Rame Tapi Asik. Ya, mereka sangatlah berbeda karakteristiknya. Namun mereka telah beranjak dewasa dan menahan egonya masing-masing atas nama persahabatan.
    Di negeri seberang mereka bersama-sama berpetualang mencari ujung dari lautan. Entah apa yang mereka cari disana, mereka pun tidak tahu. Tapi karena mereka telah berada di atas kapal yang sama, Sparta, satu-satunya cara untuk sampai kesana hanyalah dengan bekerja sama. Bukan tidak mungkin kapal mereka diterjang ombak ataupun badai. Atau bahkan kapal itu pun pernah karam karna Tuhan belum mengizinkan. Tapi setidaknya mereka tidak pernah berhenti berusaha untuk bekerja sama mencapai ujung lautan itu. Namun mereka pun sadar, sebenarnya mereka bukan mencari ujung dari lautan itu, tetapi mereka menyatukan kekuatan agar kapal itu takkan pernah hancur dihantam badai ataupun karam hingga tenggelam. Karna lautan takkan pernah berujung, seperti persahabatan mereka yang takkan pernah hilang ditelan zaman.   
    Memang Tuhan maha adil, tetapi memisahkan mereka bukan berarti melepaskan benang merah yang sudah terajut diantara mereka. Tuhan pasti mempunyai rencana yang lebih besar dalam mempertemukan mereka di waktu ataupun dimensi lain. *
*dedicated to SPARTA
    Laras mempunyai kebiasaan baru yaitu bermain setsot bersama teman-temannya. Hampir setiap jam kosong, kelas mereka disulap menjadi Las Vegas. Tersedia empat deck kartu, makanan dan minuman, serta musik yang membahana. Baik laki-laki mapun perempuan semuanya bisa bermain setsot. Laras biasanya bermain setsot bersama  Rahmad Syah Putra, Dina Zakia, Jovian de Vito, Dimas Irfan, Bangkit Hadiputra, Raafika Anggraini, Aji Winata, Chyntia Saputri dan Yuda Maulana. Yang membuat seru permainan ini bukan karna siapa yang menjadi pemenang, tetapi siapa yang ketahuan bermain curang. Juga canda-tawa yang tak mungkin ia bisa lupakan. Jika bermain dengan orang lain, rasanya seperti biasa-biasa saja. Tapi lain halnya jika sudah bermain dengan tukang sulap Sparta.
    Awalnya Laras duduk sendirian di depan. Ia berada di sebelah Vito dan Yuda. Juga di depan Alda Qoyyum dan Genta. Namun tidak lama, ia suka duduk berpindah-pindah sesuka hatinya. Atau biasanya ada yang tiba-tiba sudah duduk disampingnya. Jika ia sedang sendirian, ia biasanya di bully oleh Alda dan Genta. Namun itu hanya merupakan bercandaan belaka. Tiada hari tanpa tawa bagi Laras jika ia sudah berada di kelas. Ia juga dijuluki “emak” oleh masyarakat Sparta. Itulah salah satu alasan yang membuatnya merasa sangat disayangi di Sparta.
    Di Sparta, ia suka menghabiskan waktu bersama Dina atau Betis, Hanin atau Trackball, dan Chyntia atau  Blesek. Jika sedang ada ulangan agama atau bahasa Lampung, maka ia akan pindah duduknya di samping Putra. Baginya semua Sparta merupakan sahabatnya, dan bagian dari hidupnya. Ia cenderung bercerita hanya kepada Sparta jika ia merasa sulit untuk menceritakan kepada siapa pun. Bukan hanya pada beberapa masyarakat Sparta, namun seluruhnya. Bukankah hal yang kita sayangi adalah hal yang akan menyakiti kita? Tapi baginya Sparta merupakan satu-satunya hal yang ia sayangi, yang takkan pernah mengkhianatinya. Saat itulah ia benar-benar memahami apa makna dari ”friendship is more precious than anything”.
    Laras, Dina, Raafika, Vito, Yuda, Dimas, dan Ekky  mempersembahkan sebuah drama yang berjudul ”Dukun, Cinta, dan Persahabatan” untuk mengisi nilai ujian praktek bahasa Indonesia. Karena hanya ada tiga perempuan, akhirnya mereka baru benar-benar latihan sehari sebelum praktek drama tersebut. Tak disangka-sangka, mereka mendapatkan nilai terbaik dan diperintahkan ibu Risnauli untuk tampil di acara perpisahan.
    Setelah ujian nasional dan ujian sekolah berakhir, mereka memutuskan untuk mengadakan acara bersama. Mereka menginap selama 2 hari dan satu malam di Tabek Indah. Pada malam harinya, mereka mengadakan acara barbeque dan karaokean bareng. Pagi harinya, mereka bermain air di kolam renang. Itulah kenangan terakhir Sparta sebelum berpisah ke SMA.
    Pada hari perpisahan, seluruh siswa laki-laki memakai setelan jas dan kemeja, serta selruh siswi perempuan mengenakan kebaya. Saat itu Laras mengenakan kebaya berwarna pink muda dan tua yang sudah ia pesan di Jakarta, tiga bulan sebelum acara perpisahan. Tanpa disangka, ia terpilih menjadi ” Queen of Spanda ” dan M. A. Rachman sebagai King nya. Acara perpisahan berlangsung meriah. Tapi ia sangat sedih karena harus berpisah dengan almamater tercintanya.
    Pengumuman kelulusan menyatakan bahwa murid kelas 9 di SMPN 2 Bandar Lampung lulus 100%. Meski Laras hanya mendapat nilai ujian nasional 36,55. Namun ia bangga karena itu murni hasil usahanya sendiri selama 3 tahun menimba ilmu d SMPN 2 Bandar Lampung.

    Please be Mature!

    Laras diterima sebagai murid SMAN 2 Bandar Lampung dengan urutan ke 25 dari 288 siswa. Tentunya ia sangat besyukur bisa menjadi salah satu bagian dari SMA Negeri terbaik di Lampung. Namun ia juga sedih karena banyak sahabatnya yang tidak dapat masuk Smanda. Laras tidak mengkuti kegiatan MOS dan PRAMOS karena saat itu ia sedang menunaikan ibadah umroh beserta keluarga besarnya.
    Penulis ditempatkan di kelas X 1. Kelas yang orang bilang merupakan kelas orang-orang cerdas. Dan hal itu memang terbukti karena Max1m atau Marvellous X 1 Member, berisi orang-orang jenius dari banyak SMP di Lampung. Laras merasa ia sedikit tertinggal dengan teman-temannya yang berkemampuan diatas rata-rata.
Namun ia menikmati berada di kelas ini karena penduduknya asik-asik dan ia terpacu untuk lebih rajin belajar. 29 makhluk ajaib bercapur menjadi satu.. Akankah mereka berhasil mengatasi egonya masing masing?
    Kehidupan Laras masih panjang. Mungkin ini baru permulaan dari petualangan yang akan ia hadapi. Semoga ia dapat belajar lebih banyak dari segala kesalahan dan tetap menunduk saat sudah bisa berjalan. Amin..

0 komentar:

Posting Komentar